Menelisik Nasib Muslimin di Cina

Republik Rakyat Cina mempunyai peradaban kuno dan tradisi kebudayaan yang beragam. Luas negara ini mencapai 9,6 juta kilometer persegi. Selain itu, Cina mempunyai jumlah penduduk terbesar di dunia yang mencapai 1,3 milyar warga. Negara ini mempunyai 56 suku. Tak diragukan lagi, Cina termasuk salah satu pusat penting kebudayaan, peradaban dan kesenian manusia.

Masuknya Islam ke Cina kembali pada abad pertama hijriah. Saat itu, bangsa Arab dan Persia muslim melakukan perjalanan ke dataran Cina melalui laut dan Jalan Sutra. Hal itu dilakukan pada masa Dinasti Tang (618 M - 906 M). Karena hijrah bangsa Arab dan Persia muslim itu, Islam masuk ke dataran Cina yang kemudian mempunyai peran penting dalam menjalin hubungan antara negara ini dan dunia Islam.

Dari 56 suku Cina ada sejumlah suku muslim seperti Hui, Uyghur, Kazak, Tartar, Salar, Dongxiang, Tajik, Uzbek, dan Baoan. Ada juga penduduk muslim di suku-sku seperti Mongol, Tibet, Dai dan Bai, tapi jumlah mereka sedikit.

Mayoritas umat Islam di Cina berpusat di wilayah otonomi Xinjiang dan Provinsi Jinghai dan Gansu. Meski demikian, banyak muslim yang tersebar di seluruh penjuru Cina. Di negara ini ada sekitar 40 ribu masjid dan 53 ribu imam shalat jamaah. Pada umumnya, bangunan-bangunan masjid di Cina mempunyai corak tersendiri yang terkandung aspek budaya yang kaya.

Islam membawa keberkahan bagi negeri ini. Umat Islam melakukan layanan luar biasa kepada masyarakat negeri ini, khususnya di bidang perbintangan. Dalam sejarah negara ini disebutkan bahwa umat Islam mempunyai perang yang luar biasa bagi kemajuan negeri ini. Bahkan saat ini, umat Islam juga mempunyai peran penting untuk pembangunan negara ini. Meski propaganda anti-Islam terus dilancarkan, namun kecenderungan masyarakat, khususnya di kalangan suku tertua Han, kian berkembang dalam beberapa tahun terakhir ini.

Umat Islam di Cina berupaya melakukan aktivitas secara terkoordinasi. Karena itu terbentuklah Organisasi Islam di Cina pada tanggal 11 Mei 1953. Pencerahan agama Islam terus berkembang di negeri ini. Pada tahun 1982 berdirilah Sekolah Tinggi Al Quran yang didukung penuh oleh Organisisasi Islam Cina.

Umat Islam di Cina hidup di bawah naungan pemerintan non Islam dan menghadapi banyak problema. Selama bertahun-tahun, masyarakat muslim di Cina dikenal sebagai kelompok minoritas. Banyak kendala yang dihadapi masyarakat minoritas muslim.

Sejumlah analis menyatakan bahwa friksi antara kelompok muslim dan pemerintah Cina bukan hanya pada perbedaan agama, tapi juga pada masalah fanatisme, diskriminasi, dan ketidakadilan. Semua ini disebut-sebut sebagai penyebab protes umat Islam terhadap pemerintah Cina.

Meski kerusuhan di Provinsi Xinjiang, bulan Juli tahun 2009, berkesan konflik antara suku Han dan Uygur, namun akar kerusuhan tersebut bermuara pada langkah pemerintah Cina yang memerangi muslim di negara ini. Pemerintah pusat Cina benar-benar mengawasi masyarakat muslim, bahkan menerapkan kebijakan-kebijakan diskriminatif terhadap mereka. Karena langkah-langkah itu, 938 sekolah agama di wilayah otonomi Xinjiang mengalami kemunduran secara bertahap antara tahun 1989 hingga 1996.

Umat Islam di Cina benar-benar dihadapkan pada sederet krisis serius seperti pencegahan budaya Islam serta diskriminasi di bidang ekonomi, politik dan sipil. Dari sisi ekonomi, meski minyak negara ini dihasilkan dari Xinjiang, namun masyarakat di kawasan ini hanya bisa mengisap jempol atas semua kekayaan alam di kawasan mereka.

Selain itu, masyarakat Cina muslim mendapat perilaku kasar oleh warga Cina yang fanatis dan fundamental di Xinjiang. Padahal mayoritas masyarakat Xinjiang adalah muslim. Hal yang lebih menyakitkan lagi adalah aksi demo masyarakat fanatis Cina yang menuntut para pejabat Cina untuk mengubah demografi masyarakat muslim di Xinjiang.

Pemerintah Cina terus melakukan upaya pengubahan demografi penduduk di Xinjiang. Dalam beberapa tahun terakhir ini, banyak warga dari suku Han didatangkan ke Xinjiang. Dari dekade 50 abad ke-20 hingga kini, populasi masyarakat di kawasan ini meningkat menjadi 40 persen dari jumlah sebelumnya yang hanya 5 persen. Dari tahun 1990, suku Uygur menggelar aksi-aksi protes. Sementara, pemerintah malah meningkatkan proses pemindahan suku Han dalam jumlah besar ke Xinjiang.

Akibat kebijakan anti-Islam oleh pemerintah Cina, masyarakat Xinjiang harus menjalani kehidupan yang sulit. Kebijakan pemerintah Cina di kawasan ini menyebabkan suku Han menguasai ekonomi di Xinjiang. Bahkan suku Han mendapat kemudahan luar biasa untuk melakukan aktivitas di kawasan ini.

Xinjiang adalah provinsi luas di barat daya Cina dengan jumlah penduduk sebesar 20 juta warga. Kota Urumqi adalah ibukota Provinsi Xinjiang. Selain Urumqi, ada kota kuno dan bersejarah, Kashgar. Mayoritas Provinsi Xinjiang adalah umat Islam keturunan Turki dari suku Uyghur. Provinsi Xinjiang termasuk kota penting dan strategis.

Xinjiang adalah kawasan gurun. Akan tetapi dari sisi kekayaan alam, kawasan ini sangat kaya. Sebab, sebagian besar sumber minyak terletak di negara ini. Sepanjang tiga abad terakhir ini, Xinjiang setiap tahunnya mempunyai pemasukan ekonomi sebesar 60 milyar dolar AS. Selain itu, Xinjiang juga menjadi tempat transit yang menghubungkan Cina dan Asia Tengah.

Hal yang menjadi perhatian besar di dunia dalam beberapa tahun terakhir ini adalah kerusuhan di kota Urumqi pada tahun 2009. Kerusuhan itu terjadi menyusul tewasnya dua warga muslim di sebuah pabrik setelah bentrok dengan warga suku Han. Karena tewasnya dua warga muslim, ribuan muslim di kota Urumqi pada tanggal 5 Juli 2009 melakukan aksi unjuk rasa.

Menurut masyarakat muslim, pemerintah Cina dianggap tidak memperhatikan nasib muslim. Namun unjuk rasa damai itu dibalas dengan kekerasan oleh masyarakat fanatis dan fundamentalis Cina. Dalam aksi-aksi itu, mereka menyerang toko-toko, bahkan masjid. Kerusuhan ini tercatat sebagai peristiwa terburuk bagi pemerintah komunis Cina. Bahkan seorang pejabat Cina menyebut kerusuhan itu sebagai kerusuhan yang paling mematikan semenjak berkuasanya pemerintah komunis.

Kantor Berita Xinhua melaporkan, jumlah orang yang tewas mencapai 180 orang sedangkan korban luka sekitar 80 lainya. Sementara itu, Kantor Berita Associatted Pres (AP) mengutip para pejabat Cina menyebutkan, jumlah korban tewas mencapai 184 orang, sedangkan korban cidera menembus angka hingga 1600 orang. Sementara masyarakat setempat memperkirakan bahwa korban tewas mencapai 800 warga dan korban luka melebihi 2000 warga.

Dalam aksi kerusuhan tersebut, pemerintah sengaja menuding masyarakat muslim sebagai pihak yang bertanggungjawab. Hal itu sengaja dilakukan pemerintah Cina untuk memojokkan masyarakat muslim di negara ini. Bahkan pemerintah menuding masyarakat muslim melakukan penyerangan ke tempat-tempat umum dengan senjata tajam. Masyarakat muslim juga dilaporkan menggunakan senjata tajam untuk melawan para polisi. Dengan laporan semacam ini, masyarakat muslim di kawasan ini dikesankan arogan dan brutal.

Mereaksi pernyataan para pejabat Cina, masyarakat muslim di negara ini menolaknya, bahkan menuding balik bahwa para polisi menembakkan peluru ke arah para pendemo dan menewaskan banyak pendemo damai. Pada hari Jumat, 10 Juli 2009, polisi melarang umat Islam mengerjakan shalat Jumat, bahkan menutup masjid-masjid di kota Urumqi. Para polisi yang dilengkapi dengan mobil panser juga dikerahkan untuk melarang masyarakat muslim melakukan shalat Jumat. Masjid Eidgah yang juga masjid terbesar di kota Kashgar, juga ditutup oleh pasukan keamanan Cina. (IRIB)